Channel 12 Lamongan -Bangunan
dua ruangan kelas SDN Desa Bulutengger Kecamatan Sekaran yang baru selesai
diserahkan sebulan lalu ambruk(12/12/12). Diduga karena konstruksi
bangunan menyalahi bestek.
Praktis gedung yang ambruk itu kini masih dibiarkan berantakan dengan garis polisi yang terpasang di TKP dan menjadi tonton siswa. Bahkan firasat gedung sekolah itu akan ambruk sudah diantisipasi Kepala Sekolah SDN 1 Bulutengger, Suberi dengan tidak memanfaatkan dua ruangan semenjak kuncinya diserahkan sebulan lalu itu karena konstruksinya dianggapnya tidak wajar jauh dari bestek sebenarnya. Dua gedung untuk kelas satu itu masing - masing menelan dana Rp 65 juta dengan pengerjaan dua kotraktor CV Crenova dan CV Gajah Mada.
Sebelum kejadian, memang diguyur hujan deras. Namun hujan redah hingga beberap jam kemudian. Usai hujan redah semalam, tiba – tiba Selasa (11/12/2012) beberap sisi bangunan mulai lepas dari posisinya dan tiba - tiba satu bangunan ambruk dan merambat ke satu bangunan yang gandeng di sebelahnya."Kejadainya setelah hujan redah beberapa jam kemudian, bukan saat bersamaan turun hujan," ungkap saksi yang ada di utara SD dan tak bersedia disebut namanya.
Bangunan gedung yang ambruk itu sangat parah, Sementara belandar dan penyangga atap berupa balok beton patah berantakan. Kerangka atap lepas melesat ke barat dan tembok sisi barat juga pecah dan retak tak berbentuk. Semua rangka atap, usuk dan reng dari kayu Kalimantan jenis meranti juga hancur. Sementara satu lagi bangunan baru bersebelahan ikut terseret dibagian atapnya.
Robohnya bangunan SDN
Bulutengger yang dibangun dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) itu karena tidak
mampu menyangga beban atapnya. Konstruksinya yang sangat rapu tak mampu menyangga
atap enteng yang kehujanan dengan volume air yang cukup berat itu. Kalaupun
penyangganya sesuai dengan konstruksi dipastikan tidak akan roboh sehabat itu.
Menurut Kepala Sekolah SDN 1
Bulutengger, Suberi saat dikonfirmasi Surya mengungkapkan, kejadiannya sudah
diantisipasi jauh sebelumnya saat kuncu gedung diserahkan. Sejak kunci
diserahkan sebulan lalu, ia sengaja tidak memanfaatkan untuk proses belajar
mengajar karena takut ambruk melihat kenyataan konstruksi bangunan tak
sewajarnya.”Saya hanya memanfaatkan untuk menyimpan alat – alat olah raga dan
buku – buku,”kata Suberi yang baru menjabat Kepela Sekolah SDN I Bulutengger
September lalu.
Cara penyerahan kunci gedung
ini saja sudah dicurigai Suberi adanya ketidak beresan yang dilakukan
kontraktor.”Lho ada saya kok kuncinya diberikan dengan serta merta kepada guru
yang tidak sengaja ditemui penggarap. Ini saja sangat dan aneh,”kata Suberi.
Meski saat pembangunan
dimulai sebelum dirinya menjadi kepala sekolah SDN 1 Bulutengger, namun saat
bangunan selesai dibangun Suberi sudah mempunyai tanggungjawab sebagai kepala
sekolah yang baru menggantikan Eny Subiyantari. Secara otomatis selepas kepala
sekolah lama, semua urusan menjadi tanggungjawabnya, termasuk saat penyerahan
kunci dua bangunan gedung baru.
Kenyataannya selama ia
menjabat dan pembangunan masih berlangsung juga tidak pernah dilibatkan untuk
persoalan pembangunan dua gedung kelas tersebut.
Suberi mengaku tidak akan
menutup nutupi kenyataan ambruknya gedung sekolah yang tengah terjadi. Bahkan
akibat gedung ambruk, lembaganya mengalami kerugian sekitar Rp 40 juta akibat
sejumlah barang – barang yang digudangkan di gedung naas itu berupa, alat –
alat gamelan, alat – alat olah raga dan juga buku – buku yang kini rusak karena
tetimbun reruntuhan bangunan.”Perkiraan kerugiannya mencapai Rp 40 juta,”kata
Suberi.
Namun ia masih bersyukur
gedung yang ambruk tidak sampai menimpa anak didiknya. Sejak awal ia memang
tidak berani menempati gedung tersebut lantaran konstruksi bangunan jauh dari
bestek. Secara kasat mata saja bisa diperkirakan.
Kepala Dinas Pendidikan,
Agus Suyanto dikonfirmasi menyatakan, pihaknya prihatin dengan kejadian ini.
Tapi ia mengambil sikap tegas kedua kontraktor harus siap mengembalikan
bangunan sesuai bestek yang ada.”Kontraktornya harus bertanggungjawab membangun
kembali dan sesuai ketentuan,”tegas Agus Suyanto.
Bagaiman dengan perkara
kemungkinan ada tindak pidananya ? Agus menyerahkan semuanya kepada polisi
sebagai penegak hukum. Ia mengakui bersikap tegas dengan insiden ini karena
menyangkut untuk kepentingan proses belajar mengajar.”Peristiwa ini juga biar
tetap ditangani polisi,”tambah Agus Suyanto. (Fai)
Posting Komentar