skip to main |
skip to sidebar
Surat Balasan La Nyalla Terkait Surat Teguran dari AFC
Polemik seputar surat teguran dari
AFC masih terus menggelinding bak
bola panas. Setelah PSSI mengirim
surat balasan yang tentang
pelarangan pemain untuk membela
timnas, pihak KPSI pun tak mau
kalah dan mengirim surat balasan
juga pada AFC. Berikut isi lengkap
surat dari KPSI yang ditandatangani
oleh La Nyala Matalitti dalam versi
bahasa Indonesia.
Dato’ Alex Soosay
General Secretary
Asian Football Confederation
Kepada yang terhormat,
RE: Pelepasan pemain untuk tim
nasional
Berkaitan dengan surat anda
sebelumnya, saya ingin
menjelaskan tentang duduk
permasalahan yang menyebabkan
beberapa klub ISL melarang
pemainnya untuk bergabung
dengan tim nasional (timnas).
KPSI dan ISL menyadari betul
adanya peraturan FIFA terutama
status and transfer of Players yang
melarang perjanjian antara klub
dengan pemainnya untuk dapat
memperkuat timnas pemain terkait.
Walau demikian aturan pelepasan
pemain tersebut memiliki kondisi
hanya jika pertandingan yang
dimaksud masuk ke dalam kalender
pertandingan internasional yang
dikeluarkan oleh FIFA atau yang
lebih dikenal dengan istilah
International “A” matches.
Seperti permintaan pelepasan
pemain yang dilayangkan PSSI
terhadap beberapa klub pasa saat
akan melakukan pertandingan uji
coba melawan klub Spanyol;
Valencia FC. Tanggal pelaksanaan
pertandingan adalah 4 Agustus
2012. Tanggal tersebut tidak
termasuk ke dalam kalender
pertandingan internasional FIFA dan
oleh sebab itu klub-klub tadi tidak
memiliki kewajiban untuk melepas
pemainnya seperti tertuang pada
peraturan FIFA tentang Status and
Transfer Of Players aneks 1, artikel 1,
ayat 3 .
Permintaan tersebut bahkan
mengharuskan klub-klub tadi
melepaskan pemainnya lima hari
sebelum pertandingan dan juga
harus segera bergabung untuk TC
sehari setelah pertandingan
tersebut. Pelanggaran terhadap
peraturan FIFA memperjelas bahwa
tindakan tersebut tidak sah dan
illegal dan juga memperlihatkan
kurangnya pemahaman PSSI
terhadap peraturan dan petunjuk
FIFA.
Kepemimpinan PSSI saat ini telah
gagal untuk mengatur timnas
secara efisien. Tidak adanya rencana
jangka panjang dan kurangnya
dukungan dari segi teknis telah
menjadikan timnas Indonesia
berada di level yang sangat rendah
Beberapa perandingan timnas
membuktikan hal itu semua.
Semenjak Djohar Arifin memimpin
PSSI timnas Indonesia tenggelam
kedalam tingkatan yang cukup
memalukan. Kekalahan 10-0 atas
Bahrain pada babak kualifikasi piala
dunia 2014, perekrutan pelatih dan
administrator yang kurang
pengalaman serta ilmu dan
mengadakan pertandingan-
pertandingan uji coba yang
dirancang tergesa-gesa.
Pemecatan Alfred Riedl yang
notabene memiliki kualitas pelatihan
yang baik hanya karena dia
dikontrak oleh administrator PSSI
sebelumnya adalah kesalahan
pertama yang mereka buat. Setelah
itu beberapa kesalahan lainnya
dilakukan oleh mereka seperti
melarang pemain-pemain ISL untuk
dapat bergabung dengan timnas,
batalnya turnamen Java Cup dan
keikutsertaan timnas pada turnamen
Al-Nakbah di Palestina yang bukan
merupakan turnamen yang
disetujui/sahkan oleh FIFA maupun
AFC.
Akibat dari rendahnya kualitas IPL
menyebabkan pemain-pemain yang
dipanggil untuk memperkuat timnas
kurang memiliki pengalaman dan
talenta untuk bertanding melawan
timnas lain yang memiliki liga
domestik yang kuat.
Memaksakan pelatih dengan jam
terbang internasional yang rendah
adalah salah satu kedangkalan
pemikiran PSSI saat ini.
Keterpurukan timnas Indonesia akan
terus berlanjut selama
kepemimpinan dipegang oleh DAH
dimana sekarang Indonesia berada
pada posisi terendah sepanjang
masa yaitu posisi ke-159.
Sebagai perwakilan KPSI pada saat
sebelum penandatanganan MoU
Saya menganggap mendapatkan
kepastian bahwa JC akan
menyelesaikan permasalahan
dualisme liga dan asosiasi sebagai
badan koordinasi untuk segala
permasalahan PSSI. Dimana
masalah keanggotaan dan juga
timnas merupakan hal yang
termasuk didalamnya. Sampai saat
ini semua hal diatas samasekali
belum/tidak terlaksana sebagaimana
mestinya
Pada saat masalah-masalah tersebut
tidak dibahas dalam rapat JC, Saya
selaku representatif KPSI
menganggap bahwa semangat
MoU telah tercoreng. PSSI masih
melanjutkan pengelolaan timnas
secara sepihak dan juga tetap
melakukan perubahan-perubahan
terhadap susunan komite eksekutif
secara ilegal dari 33 Pengprov PSSI
yang ada, dimana hal tersebut
bertolak belakang dengan konsep
dasar MoU.
Untuk memperbaiki nasib timnas,
KPSI telah mengambil beberapa
keputusan; Menghadirkan kembali
Alfred Riedl sebagai pelatih dan
segera memulai TC pada 5
september 2011 di Malang. Hal ini
juga untuk memastikan Indonesia
memiliki perwakilan terbaik dalam
AFF Cup di bulan November 2012.
Di lain pihak, timnas yang dibangun
PSSI tidak merepresentasikan
pemain-pemain terbaik Indonesia,
dimana semua pemain tersebut
berada di dalam klub-klub ISL. Ini
adalah fakta yang tidak dapat
disangkal.
Selain penjelasan mengenai FIFA
Status and Transfer of Players,
penggalan-penggalan paragraf
diatas merupakan alasan mengapa
pemain ISL tidak kami lepaskan
untuk memperkuat timnas PSSI.
Namun kami juga telah
mempersiapkan timnas yang
sesungguhnya yang dipimpin oleh
pelatih kepala Alfred Riedl yang kami
harapkan dapat dikelola dan
dikoordinasikan oleh JC.
Apabila ada hal-hal yang perlu
penjeIasan lebih lanjut Saya sangat
bersedia memberikannya.
Dengan Hormat,
LA NYALLA MATTALITTI
Cc: Chairman and Members, Joint
PSSI Committee
Dalam surat tersebut, La Nyalla
membeberkan alasan mengapa klub
ISL tidak bersedia melepas
pemainnya ke timnas, yakni karena
agenda timnas bukan masuk
agenda resmi FIFA. Yang
dicontohkan oleh La Nyalla hanyalah
saat timnas melawan Valencia.
Padahal, ada beberapa agenda
timnas yang sudah masuk kalender
FIFA, diantaranya adalah
pertandingan persahabatan
melawan Filipina, dan Kualifikasi
Piala AFC U-22. Meski tidak masuk
agenda FIFA, tapi sebagai badan
turunan dari FIFA, agenda dari AFC
sudah sepantasnya mendapat
perhatian dari setiap federasi
anggotanya.
La Nyalla juga mengulang kembali
tragedi Pra Piala Dunia melawan
Bahrain. Padahal kita semua sudah
tahu, akibat surat FIFA sewaktu
pertemuan di Tokyo yang berisi
penjelasan bahwa ISL itu liga yang
memisahkan diri (breakaway
league), PSSI tidak berani ambil
resiko memanggil pemain-pemain
dari ISL, sehingga PSSI hanya bisa
memanfaatkan jasa para pemain
dari IPL.
Pemecatan dan penunjukan pelatih
timnas pun merupakan hak
prerogatif dari federasi. Apalagi jika
ada indikasi pelatih timnas dikontrak
dengan tidak benar dan tidak sesuai
aturan yang berlaku. Mengenai
batalnya turnamen Java Cup, itu
bukan murni kesalahan PSSI, karena
PSSI tidak bertindak sebagai
promotor. Sangat lucu jika
kemudian La Nyalla mengkaitkan
batalnya turnamen tersebut dengan
isu pelarangan pemain ISL.
La Nyalla menyebut kualitas pemain
IPL yang buruk menyebabkan
prestasi timnas terpuruk. Faktanya,
klub-klub ISL kini malah getol
memburu pemain-pemain dari IPL.
Kalau bukan sebagai bentuk
penghargaan atas kualitas mereka,
berarti ini sudah menjadi sebuah
penggembosan.
La Nyalla juga menunjuk kesalahan
PSSI diantaranya adalah menunjuk
pelatih yang minim jam terbang
internasional. Padahal, banyak juga
negara / klub yang memilih pelatih
muda dan minim jam terbang
internasional. Ketika Barcelona
menunjuk Pep Guardiola sebagai
pelatih, apakah dia sudah punya
jam terbang tinggi? Begitu pula
dengan pelatih Italia saat ini Cesare
Prandeli, apakah sebelumnya punya
pengalaman melatih timnas?
Ada satu bagian dalam surat La
Nyalla tersebut yang saya anggap
sungguh lucu. Yakni ketika La Nyalla
menyatakan ” Sebagai perwakilan
KPSI pada saat sebelum
penandatanganan MoU Saya
menganggap mendapatkan
kepastian bahwa JC akan
menyelesaikan permasalahan
dualisme liga dan asosiasi sebagai
badan koordinasi untuk segala
permasalahan PSSI. Dimana
masalah keanggotaan dan juga
timnas merupakan hal yang
termasuk didalamnya. Sampai saat
ini semua hal diatas samasekali
belum/tidak terlaksana sebagaimana
mestinya. Pada saat masalah-
masalah tersebut tidak dibahas
dalam rapat JC, Saya selaku
representatif KPSI menganggap
bahwa semangat MoU telah
tercoreng.
Dengan pernyataan tersebut, La
Nyalla jelas sudah membuka
kedoknya sendiri, bahwa dia
menandatangani MoU tanpa melihat
isi MoU tersebut.
Sebenarnya masih banyak hal-hal
lucu dalam surat tersebut, yang
kalau boleh saya anggap hanya
sekedar curhat pribadi La Nyalla
pada AFC. Mirip dengan seorang
anak kecil yang kalah main dengan
kakaknya, kemudian dia
mengadukan hal tersebut pada
orang tuanya.
Posting Komentar